Mengagungkan Cinta Karena Mencintai Allah

February 4, 2008 sussyas

email dari seorang teman, cerita yang mengahurukan, jadi ingat almarhum bapakku, yang begitu ikhlas merawat ibuku yang sakit, dirawatnya sampai maut menjemput…
Jazakallah Bil Jannah (semoga Allah menggati semua kebaikan almarhum bapak ibuku dengan surga, amin…)

Dilihat dari usianya beliau sudah tidak muda lagi, usia yg sudah senja
bahkan sudah mendekati malam, pak Suyatno 58 tahun, kesehariannya diisi
dengan merawat istrinya yang sakit istrinya juga sudah tua. Mereka menikah
sudah lebih 32 tahun

Mereka dikarunia 4 orang anak. Setelah istrinya melahirkan anak ke empat,
disinilah awal cobaan menerpa, tiba2 kakinya lumpuh dan tidak bisa
digerakkan itu terjadi selama 2 tahun. Menginjak tahun ke tiga seluruh
tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang. Lidahnyapun sudah
tidak bisa digerakkan lagi.

Setiap hari pak Suyatno memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi, dan
mengangkat istrinya keatas tempat tidur. Sebelum berangkat kerja dia
letakkan istrinya didepan TV supaya istrinya tidak merasa kesepian.

Walau istrinya tidak dapat bicara tapi dia selalu melihat istrinya
tersenyum, untunglah tempat usaha pak Suyatno tidak begitu jauh dari
rumahnya sehingga siang hari dia pulang untuk menyuapi istrinya makan
siang. Sorenya dia pulang memandikan istrinya, mengganti pakaian dan
selepas maghrib dia temani istrinya nonton televisi sambil menceritakan
apa2 saja yg dia alami seharian.

Walaupun istrinya hanya bisa memandang tapi tidak bisa menanggapi, pak
Suyatno sudah cukup senang bahkan dia selalu menggoda istrinya setiap
berangkat tidur.

Rutinitas ini dilakukan pak suyatno lebih kurang 25 tahun, dengan sabar dia
merawat istrinya bahkan sambil membesarkan ke empat buah hati mereka.
Sekarang anak2 mereka sudah dewasa tinggal si bungsu yg masih kuliah.

Pada suatu hari ke empat anak Suyatno berkumpul dirumah orang tua mereka
sambil menjenguk ibunya. Setelah anak2 menikah, mereka tinggal dengan
keluarga masing2. Pak Suyatno sudah lama memutuskan bahwa dia yang merawat
ibu anak2nya dan yang dia inginkan hanya satu yaitu semua anaknya berhasil.

Dengan kalimat yg cukup hati2 anak yg sulung berkata “Pak, kami ingin
sekali merawat ibu karena semenjak kami kecil, kami melihat bapak merawat
ibu dan tidak ada sedikitpun keluhan keluar dari bibir bapak. bahkan bapak
tidak ijinkan kami menjaga ibu”. Dengan air mata berlinang anak itu
melanjutkan kata2nya : “Ini sudah keempat kalinya kami mengijinkan bapak
menikah lagi, kami rasa ibupun akan mengijinkannya, kapan bapak menikmati
masa tua bapak. Dengan berkorban seperti ini kami tidak tega melihat
bapak, kami janji kami akan merawat ibu bergantian”.

Pak Suyatno menjawab dengan jawaban yg tidak diduga anak2 mereka : “Anak2ku
Jikalau hidup didunia ini hanya untuk nafsu Mungkin bapak akan menikah
lagi, tapi ketahuilah bahwa dengan adanya ibu kalian disampingku itu, sudah
lebih dari cukup, dia telah melahirkan kalian”…….. .. sejenak
kerongkongannya tersekat, “Kalian yg selalu kurindukan hadir didunia ini
dengan penuh cinta, yang tidak satupun dapat menggantikannya, dengan
apapun. Coba kalian tanya ibumu, apakah dia menginginkan keadaanya seperti
Ini ?”…. Kalian menginginkan bapak bahagia, apakah batin bapak bisa bahagia
meninggalkan ibumu dengan keadaanya sekarang”. ” Kalian menginginkan bapak
yg masih diberi Allah kesehatan ini, dirawat oleh orang lain ?” “Bagaimana
dengan ibumu yg masih sakit ?”

Sejenak meledaklah tangis anak2 pak Suyatno dan merekapun melihat butiran2
kecil jatuh dipelupuk mata ibu Suyatno…..dengan pilu ditatapnya mata suami
yg sangat dicintainya itu..

Sampailah akhirnya pak Suyatno diundang oleh salah satu stasiun TV swasta
untuk menjadi nara sumber di acara islami selepas shubuh, Mereka mengajukan
pertanyaan kepada pak Suyatno bagaimana caranya mampu bertahan selama 25
tahun merawat istrinya yg sudah tidak bisa apa2. Di saat itu pak Suyatno
menangis. Tamu yang hadir di studio yang kebanyakan kaum perempuanpun juga
tidak sanggup menahan haru. Di situlah pak Suyatno bercerita :” Jika
manusia didunia ini mengagungkan sebuah cinta tapi dia tidak mencintai
karena Allah, maka semuanya akan luntur. Saya memilih istri saya menjadi
pendamping hidup saya, dan sewaktu dia sehat diapun dengan sabar merawat
saya, mencintai saya dengan hati dan bathinnya, bukan dengan lahiriah saja,
dan dia memberi saya 4 orang anak yg lucu2..”

Sekarang dia sakit, berkorban untuk saya, karena Allah….. dan itu merupakan
ujian bagi saya, sehatpun belum tentu saya mencari penggantinya apalagi dia
sakit. Setiap malam saya bersujud dan menangis dan saya dapat bercerita
kepada Allah. Di atas sajadah.. saya yakin…. hanya kepada Allah saya
percaya untuk menyimpan dan mendengar rahasia saya..

Entry Filed under: Hikmah

4 Comments Add your own

  • 1. Um Ibrahim  |  March 27, 2008 at 12:22 pm

    Salam kenal…

    Makasih ceritanya, jadi kehilangan kata2 neh…hiks…hiks

  • 2. Intan Rosmadewi  |  April 22, 2008 at 3:15 am

    Benar – benar keindahan cinta yang membentang dihadapan kita, berupa kisah makhluk yang saling mencinta dalam derita (berdasar persepsi yang melihat)toh …. secara batiniah Pak Suyatno dapat berkhalwat dengan Allah atas kejadian ini. Inilah hakikat cinta. Cinta yang tidak berbatas………………

  • 3. sussyas  |  May 9, 2008 at 1:34 am

    Semoga kita termasuk dalam golongan orang-orang yang ikhlas, bersabar dan pasrah kepada Allah, aku jadi ingat kemuliaan ahlak bapakku, sehingga ketika maut menjemput, Allah menjemput dengan penuh kasih, Almarhum bapakku meninggal saat setelah sholat subuh dan wajahnya sangat bercahaya, semoga ini bukti dari kesabaran dan keikhlasan seseorang, amin…..
    Mampukah kita?

  • 4. bri  |  December 19, 2008 at 3:06 am

    mungkin kekuatan cinta ada pada setiap manusia sampai iya mengetahuinya…


Leave a reply to sussyas Cancel reply

Trackback this post  |  Subscribe to comments via RSS Feed

Pages

Categories

Calendar

February 2008
M T W T F S S
 123
45678910
11121314151617
18192021222324
2526272829  

Most Recent Posts